Inovasi dan kolaborasi dalam komunitas pengembang TI biasanya terjadi hampir secara eksklusif di sekitar papan tulis kantor, di pendingin air, atau di atas pizza. Kemudian datanglah Covid, yang menjungkirbalikkan cara tradisional dalam menjalankan bisnis secara global — tidak lebih dari di antara pengembang.

Hasilnya, teknologi kolaboratif Slack telah mengambil makna baru karena kantor saat ini menjadi semakin terpisah dan terdesentralisasi, membantu mendorong inovasi dan membuka informasi yang terkurung dalam paradigma baru ini.

Di garis depan inovasi

Slack telah berada di garis depan inovasi dan kolaborasi pengembang sejak 2008, dengan permulaannya berasal dari sekelompok pengembang game yang membutuhkan alat yang memungkinkan mereka berkomunikasi lebih efektif dengan pandangan kerja yang sama, baik melintasi dinding bilik atau lintas waktu yang berbeda. zona.

Alat tersebut akhirnya terbukti jauh lebih berharga daripada permainannya, dan setelah 14 tahun Slack telah berkembang menjadi platform bagi organisasi untuk membuat ‘markas digital’, atau ‘markas digital’. Kantor pusat digital menghubungkan pekerja pengetahuan satu sama lain, dengan alat dan data mereka, dan dengan pelanggan serta mitra mereka — ini adalah tempat di mana pekerjaan terjadi. Untuk pengembang, Slack telah menjadi standar de facto karena platformnya yang terbuka, kemudahan integrasi, lebih dari 2.500 aplikasi yang ada di Direktori Aplikasinya, dan kemampuannya untuk mendukung cara kerja tim sekarang.

Toolkit yang dikembangkan oleh Slack di tahun-tahun formatifnya sekarang sudah sangat luas. Pengembang hingga 37 persen lebih produktif saat bekerja bersama di satu platform, menurut penelitian terbaru dari Forrester. Selain itu, banyak pelanggan Slack yang lebih besar — ​​seperti Amazon dan Atlassian, yang mungkin memiliki ratusan, bahkan ribuan alat yang terhubung ke platform Slack — telah melaporkan pengurangan hingga 18 persen dalam waktu siklus pengembangan.

Pindah ke lingkungan kerja asinkron

Salah satu bidang di mana Slack terbukti sangat berharga adalah dalam mendukung kreativitas dan inovasi. Di masa lalu, umumnya dianggap bahwa cara terbaik untuk menjadi inovatif adalah dengan menyatukan semua orang di ruangan untuk bekerja melalui proyek atau tantangan tertentu. Untuk organisasi yang lebih besar, hal ini berarti banyak waktu yang dihabiskan untuk rapat, menyampaikan informasi, dan mencari keselarasan. Karena kami semua pindah jauh, pengembang membuka lebih banyak waktu fokus tetapi juga menjadi lebih diam dalam pekerjaan mereka. Kolaborasi disembunyikan di kotak masuk. Sebagai solusinya, lebih banyak rapat video dibuat untuk dibagikan dan diselaraskan.

“Beberapa perusahaan melaporkan peningkatan rapat sebesar 250 persen sejak tahun 2020. Sebagian besar waktu tambahan ini dihabiskan untuk membaca pembaruan status atau hanya mendengarkan manajer agar tetap mengikuti perkembangan” kata Derek Laney, penginjil teknologi untuk masa depan pekerjaan di Slack.

Di lingkungan ini, munculnya platform Slack, dengan dukungannya untuk pekerjaan asinkron, telah terbukti sebagai anugerah. Hal ini memungkinkan tim untuk berkomunikasi melalui saluran yang terbuka 24/7, di mana mereka dapat menambahkan informasi penting dan mengikuti semua yang perlu mereka ketahui agar efektif sepenuhnya. “Tim yang bekerja di Slack melaporkan email 45 persen lebih sedikit dan rapat 21 persen lebih sedikit — ini adalah kunci besar untuk produktivitas,” kata Laney.

Sebagian besar perkembangan ini lahir karena kebutuhan berkat pandemi. Menurut Future Forum, kolaborasi penelitian antara Slack dan organisasi lain termasuk Boston Consulting Group (BCG), sifat tenaga kerja dan tempat kerja telah berubah secara dramatis selama beberapa tahun terakhir. “Sekarang 79 persen pekerja menginginkan fleksibilitas di tempat mereka bekerja, tetapi yang lebih penting 94 persen menginginkan fleksibilitas saat mereka bekerja. Hal ini terutama berlaku untuk pengasuh atau kelompok yang kurang terwakili.”

Klip dan ngerumpi

Alat kendur dirancang untuk menawarkan yang terbaik dari kedua dunia. Pengembang mungkin berada di ujung tombak teknologi digital, tetapi mereka juga memahami nilai komunikasi tatap muka dan cara orang bekerja sama selama ratusan tahun. Dengan pemikiran ini, alat seperti Slack Clips dan Slack Huddles telah dirancang untuk menciptakan kembali cara yang lebih mengalir bebas di mana pekerja dan pengembang akan berbagi ide di dinding bilik di masa lalu.

Dengan klip, pengguna dapat merekam klip audio dan video dan membaginya dengan siapa saja di saluran, yang dapat mencernanya pada waktu mereka sendiri dan kemudian membalas di utas dengan respons atau klip mereka sendiri — seperti menggunakan pesan langsung, terus menambahkan ke percakapan.

Dengan ngerumpi, Kamu dapat menciptakan kembali diskusi cepat dan informal yang biasanya Kamu lakukan di kantor di Slack. Kamu dapat memulai ngerumpi di saluran atau pesan langsung apa pun, mengundang orang tertentu untuk bergabung, dan berbagi layar untuk bekerja berdampingan dengan tim Kamu dengan audio saja atau audio dan video.

Klip dan ngerumpi memungkinkan orang untuk memprioritaskan apa yang penting dan hanya memperhatikan apa yang berlaku bagi mereka. Itu memungkinkan mereka untuk mencapai inti dari pekerjaan yang perlu mereka selesaikan, tanpa harus menghabiskan waktu dalam rapat umum, yang sering kali mengandung banyak informasi asing dan membuang-buang waktu.

Dengan nada yang hampir sama, pemberi pinjaman fintech Australia, Wisr, menggunakan Donut, aplikasi Slack, untuk membantu transisi karyawan ke pekerjaan jarak jauh. Ini mendorong orang untuk mengenal satu sama lain di luar jabatan mereka dan menemukan perspektif baru dengan mendorong pertemuan langsung atau virtual, olok-olok asinkron, dan perayaan ulang tahun dan ulang tahun kerja yang lebih meriah.

Melihat ke masa depan dengan kantor pusat digital

Pengubah permainan terbesar pasca-pandemi untuk Slack dan komunitas pengembangnya adalah pengembangan kantor pusat digital, yang telah membantu perusahaan menata kembali pendekatan yang mengutamakan digital untuk bekerja dan selamanya mengubah cara organisasi memandang kantor pusat mereka.

Alih-alih membangun organisasi berdasarkan desain fisik, yang telah menjadi gaya dunia selama berabad-abad, organisasi kini mengambil investasi tersebut dan menempatkannya dalam pembentukan infrastruktur digital yang mendukung berbagai tim mereka menggunakan platform Slack dan aplikasi pengembangnya, alur kerja dan alat.

Selama dekade berikutnya, perpindahan ke ekosfer digital ini akan menjadi lebih jelas, mengingat teknologi ini masih sangat muda. Ini sebagian besar akan didorong oleh budaya eksperimen, mencoba berbagai hal dan kemudian mengulang, yang merupakan bagian dari visi Slack: untuk membawa alat kepada orang-orang untuk bereksperimen dan memperbaikinya untuk menemukan lebih banyak cara untuk menjadi lebih produktif.

Ini berlaku tidak hanya untuk dunia pengembang, tetapi tenaga kerja pada umumnya. Markas besar digital adalah tentang membuat struktur yang menggabungkan banyak alat yang berbeda sehingga pengguna dapat bekerja bersama secara lebih produktif sambil mempertahankan otonomi individu.

Contoh bagusnya adalah raksasa perangkat lunak Salesforce, yang baru-baru ini mengakuisisi Slack, memberikan apa yang digambarkannya sebagai “satu sumber kebenaran untuk bisnis mereka dan satu platform untuk menghubungkan karyawan, pelanggan, dan mitra”. Di bawah platform HQ Slack digital 360 derajat yang baru ini, Salesforce dapat menggabungkan semua divisinya — termasuk pelanggan, penjualan, layanan, pemasaran, pengembangan produk, serta retensi dan kepuasan karyawan — di bawah satu payung, yang mengarah ke sinkronisasi dan produktivitas yang lebih besar di seluruh organisasi.

Ini melambangkan pergeseran di tempat kerja pasca-pandemi – mempertahankan cara komunikasi manusia yang terbaik sambil menuai manfaat dari semua yang ditawarkan teknologi digital.